Setiap proyek memiliki tahap-tahapan aktivitas yang dikenal dengan project life-cycle. Tahap-tahapan aktivitas proyek adalah: (1) conceptualization, (2) planning, (3) execution, dan (4) termination (Pinto dan Slevin, 1986).
1. Tahap Conceptualization
Conceptualization adalah tahapan pertama dalam project life-cycle. Seiring dengan semakin kompleksnya aktivitas organisasi, top manager merasakan kebutuhan akan perlunya melaksanakan aktivitas khusus yang secara spesifik berbeda dengan aktivitas yang umum dan rutin dilakukan di organisasi ( Galbraith, 1973). Aktivitas khusus tersebut bersifat temporer, tetapi membutuhkan multi sumberdaya dan kemampuan manajerial yang tinggi untuk merencanakan dan mengoperasikan sehingga tujuan khusus tersebut dapat tercapai tepat waktu, tepat anggaran, dan tepat spesifikasi (Stephanou dan Obradovitch, 1985; King dan Cleland, 1983).
Manajemen mencoba mencari beberapa pendekatan yang dapat dipakai untuk melaksanakan aktivitas khusus tersebut. Salah satu pendekatan yang akan mampu menjamin tercapainya tujuan khusus secara efektif dan efisien adalah pengoperasionalisasian proyek (Martin, 1976; Galbraith, 1973). Dengan demikian dalam tahapan ini, manajemen memutuskan dipakainya pendekatan proyek untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan.
2. Tahap Planning
Planning adalah tahap kedua dalam project life-cylce. Dalam tahap ini ditetapkan dan diformalkan tujuan khusus yang akan dicapai melalui aktivitas proyek (King, 1983). Selanjutnya, setelah tujuan proyek ditetapkan, ditentukan manajer proyek yang bertangungjawab penuh terhadap keberhasilan operasionalisasi proyek. Manajer proyek mempertanggungjawabkan aktivitas dan keberhasilan proyek langsung ke pemilik proyek atau pelanggan (Stephanou dan Obradovitch, 1985 ).
Setelah itu, dalam tahap ini disusun jadwal aktivitas dan operasionalisasi proyek, struktur dan organisasi proyek, interaksi proyek dengan aktivitas reguler di dalam dan luar organisasi, penganggaran proyek, dan pengalokasian sumberdaya, termasuk peralatan dan manusia (Larson dan Gobeli, 1989). Dalam hal perencanaan alokasi sumberdaya ini, umumnya pasokan sumberdaya lebih banyak berasal dari dalam organisasi (in-sourcing), yaitu mengambil peralatan dan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan proyek dari seluruh departemen atau bagian yang ada dalam organisasi (Stephanou dan Obradovitch, 1985; Ginsberg, 1979). Jika dipandang perlu, manajer proyek dapat mengambil sumberdaya lain di luar organisasi (out-sourcing). Dalam tahap ini, kebutuhan akan sumberdaya relatif lebih banyak jika dibanding tahap conceptualization (Pinto dan Slevin, 1986).
3. Tahap Execution
Execution adalah tahap ketiga dalam project life-cycle. Tahap ini merupakan operasionalisasi dari perencanaan yang telah dibuat (Adam dan Barndt, 1983; Anthony, 1965). Dengan demikian tensi aktivitas proyek dalam tahap ini akan sangat tinggi, sehingga kebutuhan sumberdaya adalah terbanyak jika dibanding dengan tahapan lain dalam project life-cycle (King, 1983). Tahap ini merupakan titik kritis dari keseluruhan tahapan dalam project life-cycle karena hasil dari aktivitas dalam tahapan ini akan menentukan efektif-tidaknya suatu proyek (Slevin dan Pinto, 1987; Cleland dan King, 1983).
4. Tahap Termination
Termination adalah tahap terakhir dalam project life cycle. Dalam tahap ini tensi aktivitas proyek mulai menurun, karena tujuan proyek sebagian besar telah dicapai, dan pada akhirnya jika seluruh tujuan proyek telah tercapai pada waktu yang telah ditentukan maka proyek tersebut berakhir. Pada tahapan ini mulai dilakukan realokasi sumberdaya yaitu mengembalikan sumberdaya ke tempat asal semula, membuat laporan pertanggungjawaban, dan menyerahkan hasil proyek kepada pemilik proyek atau pelanggan (King, 1983).